Subscribe to Revolution Church

Makalah Keperawatan

Blog Accessories

Blogger Pemula

Sunday, December 25, 2011

MAKALAH KEPEMIMPINAN



Assalamualaikum Wr. Wb.

PEMBAHASAN
                                                 
A.    Defenisi Pemimpin Negarawan
            pemimpin adalah sosok yang, dengan segenap potensi dan kewenangan yang ada, mampu mampu memotivasi, mengarahkan, dan menggerakkan orang lain untuk secara sadar dan sukarela berpartisipasi di dalam mencapai tujuan organisasi. Sedangkan kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam memimpin organisasi. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang guna mempengaruhi, memotivasi, dan mengaktivasi aneka potensi dan sumber daya yang ada, sehingga organisasi yang dipimpinnya mampu berjalan secara efektif dalam rangka mengupayakan perwujudan tujuan-tujuannya (leadership is the ability of an individual to influence, motivate, and enable others to contribute toward the effectiveness and success of the organizations of which they are members).
Secara teoritis terdapat dua pandangan mengenai pemimpin dan kepemimpinan: darimana ia berasal. Pertama, teori genetik (genetic theory), yang menyebut bahwa pemimpin dan kepemimpinan ditentukan oleh faktor genetik (turunan).Kedua, teori yang mencatat pentingnya karakter/kepribadian (traits theory).Ketiga, teori pengaruh lingkungan (behavioral theory).Benarkah pemimpin dan kepemimpinan semata ditentukan oleh faktor genetik?Tidak sepenuhnya benar.Faktor genetik memang perlu sekali, tetapi yang terpenting adalah bagaimana karakter kepemimpinan dapat hadir dalam sosok indvidu seorang pemimpin.
Negarawan adalah seorang pemimpin kenegaraan atau orang yang memiliki komitmen yang tinggi (high commitment) terhadap Negara dan rakyat serta berintegrasi dengan permasalahan kenegaraan. Selain itu, negarawan adalah pemimpin yang selalu memikirkan dan memperjuangkan kemajuan rakyat dan negaranya baik di pentas nasional maupun di dunia
internasional.

              Dari sudut pandang ilmu manajemen pemimpin dituntut untuk membuat pola dan perencanaan yang bagus demi kemajuan bangsa dan negaranya, mampu menghandle/menangani berbagai macam permasalahan dalam negeri, bahkan mampu berperan di pentas percaturan politik internasional.Kemudian, mampu memanaj dan mengorganisasi seluruh potensi kekuatan dalam masyarakat dan memiliki high performance dan high commitment terhadap bangsa dan negaranya. Dan yang terpenting adalah pemimpin yang baik yang memiliki karakter dan sifat kebenaran (sidik), terpercaya (amanah), transparan (tabligh) dan cerdas dalam mengatasi persoalan negara dan masyarakat (sifat fathonah) serta senantiasa mendahulukan kepentingan rakyat dan negaranya daripada kepentingan diri, keluarga dan golongannya.
            Negarawan “sejati” yang dimaksud dalam tulisan ini adalah negarawan yang paling tidak mampu mewadahi kepentingan lintas generasi dengan memahami betul keanekaragaman bangsa Indonesia serta memiliki semangat kebangsaan yang tidak diragukan lagi. Dalam kultur Jawa, satrio piningit—-sang ratu adil—yang diyakini bakal muncul sebenarnya bukan isapan jempol. Dalam sudut pandang strukturalisme Levi-Strauss, segala yang ada di dunia merupakan pengulangan-pengulangan dengan pola yang relatif tetap. Artinya, jika sekarang masyarakat hidup serba susah,  sementara bencana juga silih berganti, tentu suatu ketika akan lahir zaman baru karena mestinya bencana yang ada juga dimaknai sebagai pesan kewaspadaan sang pencipta. Agar dunia baru ini terwujud, munculnya calon negarawan “sejati” bukan hal sulit jika didukung oleh hal-hal sistem pemerintahan yang solid; pemikiran yang terbuka, kritis, dan cerdas; dan jiwa kepemimpinan yang kuat.

B.     Hakikat Kepemimpinan Politik yang Negarawan
            Istilah negarawan (statesman) merupakan istilah yang cukup populer. Secara ensiklopedis seorang negarawan biasanya merujuk pada seorang politisi atau tokoh yang berprestasi (berjasa) satu negara yang telah cukup lama berkiprah dan berkarir di kancah politik nasional dan internasional (a statesman is usually a politician or other notable figure of state who has had a long and respected career in politics at national and international level). Tokoh yang berjasa (worthy) pada bangsa/negara tentu merupakan tokoh yang mengabdikan pikiran dan tenaganya bagi kemajuan dan kemakmuran bangsanya.
            Kepemimpinan politik yang negarawan tentu saja amat terkait dengan komitmen kebangsaan dan kenegaraan.Penjelasan yang amat umum dijumpai di sini, terkait dengan kenegarawanan adalah, bahwa sikap tersebutlah yang menuntut para politisi dan untuk meminimalisasikan kepentingan pribadi dan kelompok, dan sebaliknya memaksimalisasikan kepentingan bangsa/Negara yang lebih besar.
 
Bercermin dari Kenegarawanan Para Pemimpin Terdahulu:
            Sejak kemerdekaan dan sepanjang pengelolaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dilakukan, maka sesungguhnya telah banyak tercatat teladan-teladan pemimpin negarawan yang semestinya harus kita tiru dan amalkan. Terhadap para Bapak Bangsa (The Founding Fathers) dan segenap tokoh yang terlibat tidak langsung dalam kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, kita dapat mencatat adanya semangat mereka yang amat luar biasa di dalam mengorbankan kepentingan diri pribadi dan kelompok bagi berdirinya sebuah negara bangsa: Republik Indonesia. Para pendiri Bangsa adalah negarawan-negarawan sejati, yang satu sama lain saling berkoran dan bekerjasama demi hadirnya sebuah bangsa yang lepas dari penjajahan.
            Sepanjang era pascakemerdekaan hingga kini, kita telah mencatat beberapa segi baik yang ditinggalkan para negarawan kita, bahwa seorang pemimpin (politik) yang negarawan, memiliki karakter kepemimpinan yang kuat serta komitmen kebangsaan yang tegas; sederhana dan senantiasa berupaya menjadi teladan yang baik bagi yang dimpimpin; mampu memberikan motivasi pada rakyat untuk senantiasa optimis (tidak putus asa) dan mampu memecahkan masalah; mampu mengayomi rakyat secara adil dan tidak sewenang-wenang; dan mampu mengembangkan kerjasama secara sinergis antarelemen politik (sosial) yang ada di dalam masyarakat/bangsa yang majemuk.
            Sudah semestinya sifat-sifat kenegarawanan para pemimpin kita terdahulu perlu diinternalisasikan ke dalam tiap diri para pemimpin dan calon-calon pemimpin kita saat ini. Bangsa ini butuh keteladanan dan sikap-sikap kenegarawanan yang lain. Mudah-mudahan kita selalu mampu mengambil hikmah dari para pemimpin-pemimpin kita di masa lalu, dan menjadi inspirasi bagi masa depan bangsa.

C.    Krisis Kepemimpinan Multidimensi
            Untuk saat ini pemimpin yang ada adalah pemimpin yang jauh dari harapan rakyat.Tolak ukurnya sederhana, yakni tidak adanya keinginan rakyat untuk berbuat sesuatu kepada pemimpinnya.Hal ini tentu berbeda sekali dengan keadaan pada saat Indonesia baru merdeka.Yang mana, seluruh rakyat bahu membahu membantu Presiden Soekarno untuk menjalankan roda pemerintahan setelah menyatakan diri sebagai negara yang merdeka.Begitu pula zaman sebelum merdeka.Jenderal Soedirman dan pasukannya mendapat bantuan penuh dari rakyat berupa kebutuhan logistik saat melakukan perang gerilya melawan penjajah. Kalau sekarang kan tidak seperti itu. Justru yang terjadi adalah maraknya aksi protes dari masyarakat akibat kebijakan pemerintah yang tidak memihak rakyat.Ini membuktikan bahwa pemimpin saat ini bukanlah pemimpin yang dikehendaki rakyat.Meskipun mereka dipilih melalui mekanisme yang sesuai dengan undang-undang.

Kini tak hanya krisis kepemimpinan saja yang melanda bangsa kita, semua aspek berubah situasi menjadi krisis. Dari sudut pandang ekonomi, moral, birokrasi, militer, pendidikan, dan kebudayaan menjadi tantangan untuk masa depan bangsa kita.
       Banyak pengamat yang mengatakan bahwanya masalah-masalah yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh krisis multidimensi, baik itu krisis ekonomi, krisis politik, krisis sosial budaya dan lain-lain.Bila dianalisa lebih lanjut, substansi dari yang menjadi akar permasalahan dari krisis multi dimensi tersebut adalah timbulnya krisis kepercayaan yang semakin lama semakin membesar. Rakyat semakin kehilangan kepercayaan terhadap elemen-elemen yang terkait dalam kehidupan bernegara, baik itu kepercayaan terhadap para pemimpinnya, kepercayaan terhadap aparat penegak hukumnya, kepercayaan terhadap jajaran birokrasi pemerintahannya, kepercayaan terhadap sistem yang ada, kepercayaan terhadap sesama warga negara dan yang paling parah bangsa Indonesia semakin kehilangan kepercayaan terhadap dirinya sendiri sebagai suatu bangsa yang sebetulnya merupakan suatu bangsa yang besar dengan sumber daya yang luar biasa. Krisis kepercayaan tadi menimbulkan hilangnya harapan rakyat Indonesia terhadap masa depannya.Bangsa yang tidak berpengharapan sangat sulit untuk turut serta secara efektif di dalam pembangunan.
            Ada tiga hal yang menyebabkan timbulnya krisis kepercayaan tersebut.Pertama, maraknya praktek korupsi, kolusi dan nepotisme di negara ini.Perlu diketahui Indonesia adalah negara no. 6 terkorup di dunia. Bahkan sampai ada kelakar yang mengatakan bahwa sebetulnya Indonesia adalah negara no.1 terkorup di dunia, tapi ketika belum diumumkan, utusan dari Indonesia sudah mendatangi lembaga tersebut untuk melakukan suap sehingga Indonesia bisa turun ke posisi 6. Begitu berakarnya KKN tersebut sehingga timbul anggapan bahwa KKN sudah merupakan budaya di Indonesia dan tidak dapat dihilangkan.Budaya KKN memang telah merasuki seluruh sendi-sendi kehidupan bangsa ini dari tingkatan teratas sampai tingkat terendah.3 aspek yang menyangkut kesempurnaan seorang manusia adalah jasmani, rohani dan akal. Di Indonesia, jasmani diurusi oleh Departemen Kesehatan, rohani oleh Departemen Agama dan akal oleh Departemen Pendidikan. Ironisnya justru di ketiga departemen tersebut disinyalir mengalami praktik KKN yang paling parah.


Masalah kedua adalah, rendahnya tingkat kesejahteraan rakyat. Jumlah pengangguran di Indonesia semakin meningkat, bayangkan saat ini di Indonesia ada sekitar 10,3 juta pengangguran penuh di Indonesia. Belum lagi yang berstatus setengah penganggur yang jumlahnya diperkirakan sekitar 36 juta orang.Makin meningkatnya pengangguran tersebut diakibatkan oleh pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak sanggup menyerap tenaga kerja yang dihasilkan setiap tahunnya.Tidak jelasnya arah kebijakan pemerintah juga berperan dalam masalah ini. Di sektor pertanian misalnya, kemarin-kemarin sempat produk pertanian impor seperti beras, gula, kedelai, daging sapi, buah-buahan dan lain-lain, dengan mudahnya masuk ke Indonesia dengan harga yang murah sehingga produk pertanian dalam negeri kesulitan untuk bersaing. Produk impor tersebut dapat dijual dengan harga murah bukan karena petani di luar negeri lebih efisien dari petani kita.Kalau diteliti produk pertanian tersebut dijual di negerinya bahkan dengan harga yang lebih mahal dari produk pertanian di Indonesia. Namun karena produksi mereka berlebih dan pemerintah negara tersebut berupaya untuk melindungi harga produk pertaniannya maka kelebihan tersebut diekspor ke negara lain termasuk Indonesia dengan harga murah. Negara lain yang menjadi sasaran produk impor tersebut cukup cerdik dengan menerapkan bea masuk yang sesuai sehingga harga produk pertanian di negara tersebut tidak terganggu dan petani terlindungi. Namun di Indonesia, kebanyakan produk-produk impor tersebut dapat masuk dengan leluasa tanpa dikenai bea masuk sehingga harga produk pertanian dalam negeri menjadi terganggu.
Masalah ketiga adalah penegakan hukum yang masih sangat lemah.Pada zaman orde baru, hukum nyata-nyata digunakan sebagai alat kepentingan politik rezim Soeharto. Setelah memasuki orde reformasi, harapan rakyat Indonesia akan terciptanya proses penegakan hukum yang lebih baik ternyata masih tinggal harapan. Rakyat pun tahu bahwasanya sekarang pun para pejabat yang terkena kasus korupsi ternyata kebal hukum.Seolah olah hukum hanya berlaku untuk orang-orang kecil saja, lihat saja hukuman antara orang yang mencuri ayam saja ternyata lebih berat dibanding dengan hukuman bagi para pencuri uang rakyat.Lemahnya kepastian hukum di Indonesia ini juga menyebabkan iklim berinvestasi menjadi kurang kondusif dan rawannya terjadi konflik horizontal.Penegakan hukum terhadap para koruptor, para pencuri kayu, pencuri ikan dan pelaku penyelundupan yang telah merugikan negara demikian besar juga masih sangat lemah.Lemahnya penegakan hukum ini juga membuat tingkat kepercayaan masyarakat semakin menurun.

D.    Dampak Krisis Kepemimpinan
            Sebagai akibat dari krisis pemimpin negarawan yang kita alami di tengah-tengah kebanjiran pemimpin politisi sekarang, publik menjadi kebingungana membedakan pendapat dan pandangan-pandangan elit politik dan elit bangsa kita, apakah dia berbicara sebagai seorang pemimpin politisi ataukah sebagai seorang negarawan.
            Akan tetapi, sebagai bukti bahwa lebih banyak mereka mengemukakan pendapat dan pandangan sebagai seorang politisi penuh muatan kepentingan jangka pendek yang mengacu kepada kepentingan idealisme partainya semata, republik ini semakin hari semakin terasa bagaikan kapal tanpa arah yang semakin oleng diterpa angin dan badai di tengah lautan luas.
            Sehari-hari kita sekarang merasakan seperti berada di tengah-tengah hingar bingar yang nyaris tak beraturan, yang diwarnai berbagai konflik politik berujung kepada kekerasan bentrokan fisik.Perebutan kepentingan politik dan kekuasaan, seperti permainan biasa, sehingga telah membawa negeri ini kepada berbagai keterpurukan, seperti keterpurukan ekonomi, keterpurukan sosial budaya, keterpurukan moral dan lain sebagainya.
            Kalau hal ini tetap berlanjut berkepanjangan, gambaran suram masa depan bangsa ini semakin terpampang di hadapan kita bersama, yang bakal membawa negeri ini ke sebuah situasi negara yang tidak bermartabat.

E.     Solusi Menghadapi Krisis Kepemimpinan Multidimensi
         Dalam menghadapi krisis kepemimpinan multidimensi kita harus menanamkan nilai-nilai  kenegarawanan dalam diri setiap pemuda calon pemimpin dan membuanng sifat-sifat yang hanya politisi semata.
          Karena di dalam dunia politik tidak ada kata baik atau buruk yang ada hanya kepentingan.Kepentingan untuk kesejahteraan dan keuntungan untuk kelompok dan diri sendiri tanpa memperdulikan hak-hak dari rakyat.
      Oleh karena itu, kita membutuhkan pemimpin politik yang berjiwa negarawan yang bukan sekedar bekerja untuk kepentingan sendiri melainkan untuk seluruh rakyatnya.

F.      Kriteria Pemimpin yang di Butuhkan Saat Krisis Kepemimpinan
           Berbicara mengenai pemimpin yang dibutuhkan untuk saat ini (saat krisis multi dimensi) memang cukuplah rumit. Ini disebabkan adanya perbedaan sudut pandang setiap orang mengenai pemimpin yang dibutuhkan saat krisis.

            Meskipun demikian, ada hal-hal konvensi yang dapat diterima semua pihak tentang kualitas pemimpin dan hal ini tentunya tidak akan bisa lepas dari konsep pemimpin ideal. Dari pemaparan tentang sebab-sebab terjadinya krisis multidimensi diatas, kita dapat merumuskan kriteria seorang pemimpin yang kiranya dapat memecahkan masalah-masalah tersebut.Untuk masalah KKN, ibarat kita ingin membersihkan tembok, selalu harus dimulai dari atas terlebih dahulu baru kemudian merambat ke bawah.Demikian juga dalam pemberantasan KKN.Pemerintahan yang bersih harus dimulai dengan memberikan keteladanan dari atas, yaitu dengan memilih pemimpin yang bersih dan jujur.        
Karena itu kriteria pemimpin yang kita butuhkan kedepan adalah pemimpin yang JUJUR. Orang jujur ada 2 jenis, pertama adalah orang yang jujur namun belum pernah memiliki peluang untuk berbuat tidak jujur, dan yang kedua adalah orang yang pernah memiliki peluang untuk berbuat tidak jujur namun ia tetap konsisten pada kejujuran. Apalagi apabila saat itu ia berada di tengah lingkungan orang-orang yang tidak jujur. Tentunya jenis orang jujur yang kedua ini lebih teruji dan meyakinkan kita, dengan melihat track record yang bersangkutan selama ini. Kejujuran bisa kita lihat antara lain dari daftar kekayaannya dengan melihat perjalanan karier dan sumber penghasilannya selama ini.
            Untuk selajutnya pemimpin itu haruslah ADIL. Prinsip keadilan juga merupakan hal mutlak dimiliki pemimpin; hal yang juga akan menjadi kesepakatan bersama tentang kriteria pemimpin yang dibutuhkan. Secara definitif, keadilan adalah "memenuhi hak-hak orang lain". Keadilan dapat juga didefinisikan sebagai "menjalankan tugas masing-masing dan tidak campur tangan dalam tugas selainnya".
            Dalam menghadapi perkembangan dunia yang begitu dinamis, dimana perubahan terjadi begitu cepat, juga dibutuhkan pemimpin yang dapat mengelola perubahan tersebut dengan baik. Sehingga ke depan kita memerlukan pemimpin yang CERDAS, yang mampu melihat dan memanfaatkan segenap potensi yang kita miliki, mengelola setiap perubahan yang terjadi dengan baik, dan menyatukan arah semua kebijakan dari tingkat di bawahnya untuk menghasilkan keputusan yang efektif dan bermanfaat bagi rakyat Indonesia. Apa yang dimaksud bukan soal jumlah atau tingginya gelar formal. Yang dimaksud adalah keluasan, kedalaman, dan kepekaan wawasan menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa. Keluasan, kedalaman, dan kepekaan wawasan ini pada akhirnya akan tercermin pada tiap kebijakan yang akan diambil.
            Dibutuhkan keberanian untuk menciptakan proses penegakan hukum yang tegas. Karena itu ke depan pemimpin kita harus BERANI menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Keberanian ini tentunya harus didukung oleh track record yang baik dari yang bersangkutan dalam masalah hukum.       
            Bagaimana mungkin seorang pemimpin akan memiliki keberanian untuk melakukan proses penegakan hukum yang tegas apabila yang bersangkutan sendiri memiliki indikasi terlibat kasus pelanggaran hukum atau tindak pidana.
  • beberapa unsur yang harus ada dalam jiwa seorang pemimpin yang berkarakter Negarawan, yaitu:
1.      Memiliki Basis Ideologi yang Mengakar. Maksudnya adalah seorang negarawan haruslah memiliki dasar ideologi yaitu Aqidah yang benar-benar mengakar ke dalam hati dan jiwa sehingga segala tindak-tanduknya tidak akan lepas dari Al-Quran dan As-Sunnah dan juga orientasinya kepada akhirat.
2.      Memiliki Basis Pengetahuan dan Pemikiran yang Mapan. Yang dimaksud pengetahuan ini tidak hanya pengetahuan tentang kenegaraan atau keindonesiaan saja, namun ilmu yang lebih pokok yaitu pengetahuan ke-islaman pun harus lah dimiliki seorang calon pemimpin Muslim Negarawan, sehingga dengan kedua ilmu itu harapannya bisa menyelaraskan antara ilmu dunia (umum) dan ilmu akhirat (agama) dan juga mempunyai wawasan yang luas.
3.      Idealis dan Konsisten. Idealis di sini maksudnya adalah meletakkan islam sebagai solusi untuk berbagai permasalahan yang ada. Tidak hanya idealis namun juga mampun bergerak secara dinamis dan konsisten terhadap idealismenya.
4.      Berkotribusi pada Pemecahan Permasalahan Umat dan Bangsa. Maka sudah seharusnya pemimpin yang berkarakter Negarawan menjadi solusionis atas permasalahan yang terjadi, bukan malah membuat masalah.
5.      Menjadi Perekat Komponen Bangsa sebagai Upaya Perbaikan. Seorang pemimpin seharusnya mampu merekatkan dan menyatukan berbagai kompenen bangsa yang ada sehingga bisa terjalin dan terpeliharanya sebuah komunikasi, solidaritas, dan kerjasama yang baik dengan masyarakat dalam upaya menyelesikan masalahnya.

Artikel Terkait



0 comments:

Post a Comment

My Facebook

Statistik

 
BAMBUA*09. Copyright 2008 All Rights Reserved by Bambua*09 Blogger Template by BAMBUA*09