Subscribe to Revolution Church

Makalah Keperawatan

Blog Accessories

Blogger Pemula

Wednesday, July 27, 2011

Konsep Dasar Medis


Assalamualaikum Wr. Wb.

Konsep Dasar Medis

A.    Konsep Dasar Medis.
1.    Pengertian
Carsinoma atau kanker adalah pertumbuhan ganas berasal dari jaringan epitel sedangkan serviks itu merupakan bagian dari rahim sebagai jalan lahir yang berbentuk silinder. Serviks uteri : leher rahum. Carsinoma serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks, dimana pada keadaan ini terdapat kelompok sel yang abnormal yang terbentuk oleh jaringan yang tumbuh secara terus menerus dan tidak terbatas, tidak terkoordinasi, tidak berguna bagi tubuh sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya dan penyakit ini dapat terjadi berulang (Sarwono Prawirohardjo, 1999).

2.    Anatomi dan fisiologi
Serviks merupakan segmen uterus berada bagian bawah yang dilapisi epitel torak pensekresi mukus dalam kesinambungan langsung dengan epitel vagina, yang befungsi sebagai jalan lahir.

Ekstoserviks merupakan epitel berlapis yang gepeng serupa dengan vagina, dengan peralihan agak mendadak diantara keduanya, sambungan skuamakolumnar. Serviks mengalami perubahan/dramatis selama masa usia reproduktif maupun dalam siklus menstruasi. Sambungan skuamokolumnar normalnya terletak dalam kanalis endoservikalis, tetapi dapat berada jauh di luar pada ektoserviks, baik pasca persalinan atau atas dasar kongenital.

Mukus serviks dihasilkan sebagai respon terhadap estrogen dan dengan eversi sel torak pensekresi mucus pada ektoserviks, suatu sekret mukoid dan kadang-kadang purulen bisa dialami. Walaupun ini bisa menyebabkan secret yang berbau busuk, tetapi tidak ada makna patologi dan tampaknya tidak mengubah kapasitas reproduksi.

Mukus memberikan sawar bakteri diantara traktus genitalis atas yang steril dan vagina yang mengandung bakteri dan memudahkan sperma berjalan pada saat ovulasi. Arsitektur endoserviks mempunyai beberapa kripta yang memberikan penampungan untuk sperma, tempat sperma bertahan sampai beberapa hari setelah koitus.

Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis berbentuk sebagai saluran lonjongan panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks, berbentuk sel-sel toraks bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum (OUI) dan pintu vagina (OUE) Ostium Oteri Eksternum. Kedua pintu ini penting dalam klinik misalnya pada penilaian jalannya persalinan, abortus dan sebagainya.

3.    Etiologi
Penyebab kanker serviks tidak diketahui secara pasti, namun beberapa faktor diyakini terkait dalam proses timbulnya penyakit ini. Faktor resiko diantara meliputi riwayat coitus usia dini (kurang dari 20 tahun). riwayat penyakit menular seksual khususnya (HPV) Human Papilloma Virus, Herpes, Virus dan mungkin juga Cytomegalovirus : pasangan seksual multiple (lebih dari 2) : pap smear – abnormal, parner seksual yang mengidap penyakit menular seksual, ketergantungan pada rokok, eksposure DES (Diethyistribestrol) pada uterus dan kelompok sosial ekonomi rendah.

4.    Patofisiologi
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali dengan adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia tidak melibatkan seluruh lapisan epitel serviks, yang dibagi menjadi displasia ringan, sedang dan berat. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regresi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Displasia adalah neoplasma serviks intraepitel (CIN). Tingkatan adalah CIN 1 (displasia ringan), CIN 2 (displasia sedang), CIN 3 (displasia berat dan insitu).

Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun, perkembangan tersebut menjadi bentuk invasi pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif, carsinoma insitu yang diawali fase statis dalam waktu 10 – 12 bulan berkembang menjadi bentuk invasi pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofilik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks.

Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks. Para metrium dan pada akhirnya dapat meluas ke arah segmen bawah uterus dan cavum uterus. Penyebab kanker ditentukan oleh stadium dan ukuran tumor, jenis histologik dan ada tidaknya invasi ke pembuluh darah, anemis, hipertensi dan adanya demam.

5.    Manifestasi klinik
Pada tahap awal terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidakteraturan siklus haid (irregularitas), amenorrhe, hiperamenorrhe, juga adanya pengeluaran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual dan pada post koitus dan latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit yaitu darah yang keluar berbentuk makoid.

Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ekstremitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut gejala yang mungkin dan bisa timbul lebih bervariasi. Sekret dari vagina berwarna kuning, berbau, dan terjadinya instansi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan semakin sering terjadi pada nyeri semakin progresif.

Pada tahap yang lebih lanjut dapat terjadi komplikasi vistulvesika vagina. Sehingga urine dan faeces dapat keluar melalui vagina. Gejala lain yang dapat terjadi adalah nausea, muntah, demam, dan anemia.

6.    Tahap klinis
Penentuan tahapan klinis penting dalam memperkirakan penyebaran penyakit, membantu prognosis dan rencana tindakan dan memberikan arti perbandingan dan metode therapy.

Tahapan stadium klinik yang dipakai sekarang ialah pembagian yang ditentukan oleh International Federation of Gynecologi and Obstetrics (FIGO) tahun 1976. pembagian ini didasarkan atas pemeriksaan klinik, radiology, kinetase endoserviks, dan biopsy.
Tahapan-tahapan tersebut yaitu :
-    Karsinoma pre invasive.
Karsinoma insitu, karsinoma intra epitel.
-    Karsinoma invasive
Stadium I    Karsinoma terbatas pada serviks
I. a. Karsinoma mikro invasive (invasi stoma awal).
I.    b    Stadium I lainnya, karsinoma invasive yang terbatas pada serviks.
Stadium II    Karsinoma meluas keluar serviks, tetapi tidak mencapai dinding
panggul
II. a. Para metrium masih bebas.
II. b. Para metrium sudah terkena.
Stadium III    Karsinoma sudah mencapai dinding panggul pada pemeriksaan
rectal tidak ada celah antara tumor mencapai 1/3 distal vagina, dengan komplikasi hidronefrosis dan afungsi ginjal.
III. a. Belum mencapai dinding panggul.
III.     b.    Sudah mencapai dinding panggul dan atau ada hidronefrosis atau afungsi ginjal.
Stadium IV    Karsinoma sudah meluas keluar pelvik kecil (true pelvic atau secara klinik sudah mengenai mukosa veksika urinaria dan rectum).
IV. a. Menyebar ke organ sekitarnya.
IV. b. Menyebar ke organ yang jauh.

7.    Test diagnostik
a.    Sitologi
Keuntungan :
-    Murah.
-    Dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat kelemahan.
-    Tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
Kelemahan :
-    Tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.

b.    Sciller Test
Dasarnya :
Epitel Ca. tidak mengandung glikogen, karena itu dapat mengikat jodium.
Kalau portio diberi jodium, maka epitel yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang Ca tidak berwarna, sayangnya bahwa trauma dan infeksi juga dapat memberikan tes positif.
c.    Kolposkopi
Kolposkop    :    Alat untuk melihat cerviks dengan lampu dan dibesarkan 10 – 40 kali.
Serviks mula – mula dibersihkan dengan kapas, kemudian dengan acidum aceticum 3 % hasil pemeriksaan kalposkopi dapat sebagai berikut :
a.    Benigna
1.    Epitel gepeng yang normal.
2.    Ectodi
3.    Zone transforman
4.    Perubahan peradangan
b.    Suspek
1.    Lekoplakia
2.    Punctation : Daerah bertitik merah
3.    Papillary punctation
4.    Mozaik
5.    Transformasi yang atypis
Keuntungan    :    Dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah melakukan biopsi.
Kelemahan    :    Hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu portio, selain kelainan pada skuamous columner dan intraservikal tidak terlihat.
c.    Kolpomikroskopi
Pembesaran 200 kali.
Sebelum dilihat dengan kolpokop diwarnai dulu dengan Maiyer emaktocylin atau tolvidine blue.
Dykaryose dan sel-sel atypis dari carcinoma dapat dilihat tidak begitu populer.
d.    Biopsi
Sebagai suplemen terhadap sitologi. Daerah tempat diadakan biopsi, berdasarkan hasil pemeriksaan kolposkopi.
Kalau perlu diadakan multiple punch biopsi atau kuretasi serviks, dengan biopsi dapat ditentukan jenis Ca – nya.
e.    Konisasi
Dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan – kelainan yang jelas.
Untuk pemeriksaan Ca diperlukan konisasi dengan pisau (Cold Conization)


8.    Penanganan
Makin tinggi diagnosis makin baik hasil terapi., dan terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan secara histologik dan direncanakan dengan matang oleh suatu tim.

Disamping terapi karsinoma serviks didasarkan atas stadium juga didasarkan keinginan dan mempertahankan fungsi reproduksi (hanya pada stadium Ia). Pada stadium 0 dapat dilakukan biopsi kerucut (conebiopsy) meskipun untuk diagnostik, dapat juga terapeutik. Bila penderita cukup tua atau sudah punya anak, uterus dapat diangkat, agar penyakit tidak kambuh dapat dilakukan histerektomi sederhana (simple vagina hysterectomy).

Staidum Ia bila masih ingin punya anak dilakukan amputasi kerucut secara radikal, bila tidak ingin punya anak lagi  dilakukan histerektomi total. Stadium IB dan Ia dilakukan histerektomi radikal + anjuran therapy. Stadium IIB sampai IVA dilakukan kemoterapi dan atau radioterapi. Sedangkan bila sudah sampai stadium IVB dilakukan radioterapi saja.
Adapun obat-obat yang dipakai sebagai kemoterapi diberikan 5 seri selang 3-4 minggu.
Premedikasi :
-    Antalgin injeksi.                                                                     
-    Dipenhydramine injeksi.
-    Dexamethason injeksi.
-    Metochlorpropamide injeksi.
-    Furosemide injeksi.
Sitostatika :
-    Ciplatinum (50 mg/m2 luas permukaan tubuh per infus hari I).
-    Vincristin (0,5 mg/m2 luas permukaan tubuh intraevenous hari I).
-    Bleomisin (30 mg) per infus hari II.
-    Mitomicin (40 mg dosis tunggal, dianjurkan dengan radioterapi).



Artikel Terkait



0 comments:

Post a Comment

My Facebook

Statistik

 
BAMBUA*09. Copyright 2008 All Rights Reserved by Bambua*09 Blogger Template by BAMBUA*09